Gadis Kaya Tobat Dugem Karena Meningitis !

Petra Ecclestone

Cantik, muda, kaya membuat hidup Petra Ecclestone selalu penuh kesenangan. Hampir setiap malam dia melakoni hobi dugem (dunia gemerlap). Tapi anak bos F1 Bernie Ecclestone kini tobat dugem karena penyakit meningitis yang hampir membuat nyawanya melayang.

Awalnya, ketika berusia 14 tahun, Petra bangun pagi setelah malamnya berpesta bersama teman-temannya dalam kondisi sakit yang kelak mengubah hidupnya.

Ia terbangun dengan kondisi demam, flu parah, tidak ada energi sama sekali serta rasa sakit kepala yang sangat mengerikan. Sang ayah lalu membawanya ke sebuah rumah sakit di Marylebone.

Petra langsung diinfus untuk memenuhi asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Dokter pun mengambil cairan lumbal (cairan dari lapisan di sekitar saraf tulang belakang) untuk melakukan pemeriksaan.

Cairan dari tulang punggung ini berhubungan dengan otak dan dapat menentukan ada infeksi atau tidak serta mengetahui bentuk bakteri atau virus untuk diagnosis.

Berdasarkan diagnosis ini dapat diketahui apakah infeksi mematikan dan berisiko menghancurkan atau tidak. Dokter pun mencurigai Petra menderita meningitis (radang otak).

“Cahaya terang sangat menyakitkan mataku. Ketika dokter meminta saya untuk menyentuh dadaku dengan menggunakan dagu, aku tidak bisa melakukannya. Leherku terasa kaku dan menyakitkan. Tanda-tanda itu kemungkinan menunjukkan meningitis,” ujar Petra, seperti dikutip dari Timesonline.

Petra saat itu tinggal di Chelsea bersama ayahnya Bernie dan ibunya yang seorang mantan model Armani, Slavica. Keluarga awalnya hanya mengira Petra terserang flu biasa dan tidak mengetahui apa-apa mengenai meningitis.

Harriet Penning dari Meningitis Trust mengungkapkan virus meningitis memang jarang terjadi tapi dapat mengancam jiwa dan memberikan penderitaan seumur hidup seperti sakit kepala, kelelahan, depresi, masalah konsentrasi dan kehilangan memori. Jika kondisinya sangat parah bisa menyebabkan kematian dan yang lainnya menimbulkan kecacatan permanen.

“Bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian seseorang hanya dalam waktu hitungan jam saja. Dan sejumlah kecil penderita mengalami kecacatan permanen akibat kerusakan di daerah otaknya,” ujar Penning.

Petra pun benar-benar tersiksa dengan penderitaan yang dialaminya dan rasanya ia benar-benar ingin mati. “Aku merasa sangat mual, pusing dan tidak dapat mengingat banyak hal di hari itu,” ungkap Petra.

Setelah mendapatkan perawatan selama seminggu di rumah sakit dan istirahat total di rumah, ia belum merasa sembuh selama beberapa bulan kemudian.

Hingga kini Petra masih merasakan efek samping sakit kepala yang sangat buruk, ia hanya bisa mengonsumsi obat sakit kepala dan menunggunya hilang.

“Saya tahu bahwa saya sangat beruntung dapat bertahan hidup karena keluarga bisa mendapatkan perawatan terbaik dan akses mudah ke rumah sakit,” ujar Petra yang kini menjadi duta Meningitis Trust.

Karena banyak kasus bayi meningitis tidak bisa diselamatkan. Hal ini karena bayi dan anak-anak belum bisa mengungkapkan perasaannya, padahal penting untuk segera mengambil tindakan. Biasanya bayi hanya menangis dengan suara melengking untuk menunjukkan perasaannya.

Kini kehidupan Petra telah berubah dan ia menyadari pentingnya pola hidup sehat. Dia tidak pernah lagi minum alkohol, berhenti merokok alias tobat dugem.

Gantinya Petra kini pergi ke pusat olahraga setiap hari dan lebih suka berada di rumah menonton televisi dibandingkan pergi ke klub malam. Petra mengaku ingin memiliki pola hidup sehat, karena tidak ingin sakit lagi.

“Meningitis telah mengubah hidup saya, saya sangat menjaga kebersihan, konsumsi makanan sehat dan vitamin. Saya tidak ingin kesehatan saya diambil begitu saja, dan membuat orangtua menjadi takut melihat penderitaan anaknya,” tambahnya. (Detik.com)